Minggu, 22 Desember 2013

Kebaikan Itu Universal

Kisah ini terjadi sekitar pertengahan tahun 2012. Yaitu ketika saya menemani teman menjemput tamu dalam rangka urusan kerja ke airport Jakarta. Kami berangkat dari bandung sekitar jam 6 pagi dengan mengendarai isuzu panther. Semua awalnya berjalan lancar. Hingga beberapa saat setelah melewati gerbang tol, teman saya menghentikan kendaraan yang kita naiki. Ia bilang seperti ada yang tak beres di kap depan.
Benar saja. Aki depan bocor karena terkena kipas. Ini bisa terjadi diakibatkan sekrup pengunci dudukan aki lepas hingga membuat aki bergeser dari posisinya. Ya sudah, kita lalu pergi menuju rest area terdekat. Berharap ada yang menjual aki atau ada orang yang mengerti dan bisa menbantu.Ternyata nihil. Namun kita disarankan oleh security untuk keluar di gerbang terdekat, yaitu daerah purwakarta.
Untungnya daerah yang dimaksud tidak terlalu jauh. Keluar dari pintu tol, kita sebarkan pandangan untuk mencari bengkel yang buka. Dan hasilnya juga nihil. Wajar saja. Selain karena saat itu adalah hari minggu, waktu juga masih menunjukan pukul 7 pagi.
Teman saya mulai khawatir. Karena cairan aki itu terus keluar. Jika kondisi ini belum bisa teratasi, besar kemungkinan kita tidak bisa meneruskan perjalanan ke jakarta. Saya mengusulkan untuk bertanya saja kepada supir angkot. Didapatlah jawaban jika di dekat pasar ada toko yang menjual aki dan perlengkapan mobil. Tanpa pikir panjang, kita meluncur kesana. Dan akhirnya ketemu.
Sayang sungguh sayang toko masih tutup. Saya lalu ketuk pintu toko tersebut. Lama tak ada jawaban. Saya lalu bergeser ke toko sebelahnya yang pintunya terlihat buka. Ada seorang laki yang keluar dan mengatakan bahwa biasanya toko itu akan buka sekitar setengah jam lagi.
Ya sudah, teman saya pun memarkirkan mobil di depan toko tersebut. Sambil menunggu, kita sarapan dulu. Dan akhirnya sang pemilik toko datang sambil mengendarai sepeda. Alhamdulillah. Kami pun berdua menghampiri bapak keturunan cina itu dan menyampaikan keperluan kami.
Barangnya ada, tapi amperenya tidak. Ukurannya masih dibawah yang semestinya untuk mobil isuzu panther. Saya sendiri tidak mengerti soal mobil. Hanya kata pedagang dan teman saya, jika ingin diganti, akan berpengaruh pada kemampuan mobil dan hanya sementara saja. Harus diganti dengan aki yang amperenya sesuai kebutuhan.
Setelah dihitung-hitung, rasanya sayang jika harus mengeluarkan uang sebanyak itu tapi hanya dipakai beberapa saat. Mungkin melihat kami bingung, si bapak yang usianya sekitar 40 tahunan itu menawarkan sebuah solusi. Ia lalu mengambil lilin, membakarnya dan kemudian menambal aki mobil kami yang bocor. Setelah dirasa beres dan aki dipasang kembali pada posisi semula, mobil dinyalakan kembali. Alhamdulillah, mobil menyala.
Bapak itu mengatakan sebaiknya jika sudah sampai bandung lagi, lebih baik aki itu diganti. Karena 1 dari 3 rongga yang berisi cairan aki telah kosong. Biasanya akan berpengaruh pada kemampuan. Dan sebelum kami melanjutkan perjalanan kembali menuju jakarta, kami berniat membayar ongkos tambal aki tersebut. Diluar dugaan, bapak itu tak mau menerima. Kami coba memaksa dengan meletakkan uang di meja toko. Tapi uang itu diambilnya dan diserahkan kembali pada kami. Harus saya akui memang secara nominal, uang yang kami berikan tidak banyak. Tapi saya pikir itu cukup untuk mengganti biaya tambal aki. Ternyata tetap tidak mau.
Luar biasa. Diperjalanan, teman saya bilang kita lagi beruntung. Biasanya jika menghadapi situasi kepepet seperti itu, ada saja orang yang memanfaatkannya yang tujuannya adalah uang. Tapi bapak tadi sungguh2 sangat baik. .
Bagi saya, kejadian ini mengandung hikmah yang mendalam. Bapak yang menolong tadi adalah keturunan cina. Saya yakin, dia tahu kalau antara kita “berbeda”. Tapi saya melihat perbedaan itu tidak mempengaruhi bantuannya kepada kami.
Sebagai muslim, konsep tolong-menolong sudah sangat jelas. Reward-nya pun menggiurkan. Bahkan, ada sebuah keterangan yang mengatakan bahwa setiap pagi kita dianjurkan untuk bersedekah. Dan jujur saya mengakui bahwa saya tidak tahu bagaimana konsep itu dalam keyakinan bapak yang baik hati itu. Yang jelas, di pagi itu bapak berhati tulus itu telah melakukannya.
Kebaikan itu universal. Sudah semestinya memang perbuatan baik itu tetap dilakukan tanpa harus melihat apa dan siapa dia. Saya lalu teringat sebuah kisah yang kalau tidak salah dari Emha Ainun Najib. Ceritanya tentang orang yang ingin menolong, tapi ingin tahu dahulu siapa yang ingin dia tolong.
Di sebuah jalan raya, ada kejadian tabrak lari. Lalu ada seseorang yang mendekati korban.
“ Mas namanya siapa ?” tanya orang tanya ketika dekat korban. Ia melihat darah keluar dari kepala korban.
“ Saya Selamet pak... tolong saya pak.. tolong.”
“ Kamu islam apa kristen ?”
“ Islam pak “
“ Muhammadiyah atau NU ?”
“ NU” jawabnya dengan nafas yang sudah terdengar payah
“ PPP atau PKB ?”
Memprihatinkan sekali ya? Bisa2 si korban menjadi tidak seselamet namanya :D. Memang, bisa jadi kisah ini fiktif adanya. Tapi mungkin saja, sadar atau tidak, seringkali hal2 itu menjadi pertimbangan saat kita menolong seseorang.
Sebelum saya menutup kisah ini, saya ingin memberitahukan bahwa setelah 1 tahun lebih, aki itu masih tetap di mobil itu. Hingga 2 bulan lalu aki itu tidak diganti, sebelum mobil isuzu panther itu dijual karena memang sudah cukup tua dan diganti dengan mobil yang baru. Entahlah, saya dan teman saya pun bingung mengapa aki itu masih tetap bisa berfungsi optimal. Wallahu A’lam..


Bandung, 20 Desember 2013

0 komentar:

Posting Komentar